Apakah IQ seseorang dapat berubah?

Banyak orang yang mengikuti berbagai macam tes IQ untuk mengetahui besarnya Intelegensi (kecerdasan) yang dimiliki. Tidak hanya puluhan ribu uang yang dikeluarkan, bahkan bisa mencapai ratusan bahkan jutaan rupiah agar mendapatkan hasil yang maksimal. Akan tetapi, timbul perasaan kecewa ketika melihat angka IQ yang berbeda antara tes di lembaga x dan lembaga y.  Kemudian timbul perasaan curiga dan menganggap bahwa tesnya tidak valid padahal sudah membayar mahal-mahal atau anggapan bahwa IQ seseorang dapat berubah. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Saya akan bebagi pengetahuan bagaimana angka IQ seseorang dapat berubah. Sebelummnya, ada baiknnya jika mengetahui pengertian dari IQ terlebih dahulu. Menurut Binet, intelegensi terdiri dari 3 komponen yaitu:

  1. Arah yaitu kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan. Hal ini berupa bagaimana seorang individu dapat mengarahkan pikirannya agar melakukan tindakan yang sesuai dan tepat dalam menghadapi sebuah permasalahan.
  2. Adaptasi yaitu mengubah arah tindakan setelah dilaksanakan. Seringkali tindakan yang diambil merupakan tindakan yang salah sehingga berpotensi menimbulkan suatu keadaan yang lebih buruk. Jika seseorang memiliki Intelegensi yang tinggi, maka orang tersebut dapat dengan cepat menyadarinya dan segela berpindah halauan untuk memperbaikinya.
  3. Kritik yaitu  mengkritik diri sendiri (autokritik).  orang dengan intelegensi yang tinggi mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya dan mau memperbaiki keselahan tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Jadi, Intelegensi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja, yaitu kecerdasan, tapi juga bagaimana individu dapat menyelesaikan masalahnya dan mengambil pembelajaran dari kesalahannya.

Lantas, mengapa angka intelegensi dapat berubah-ubah? Pada dasarnya hal ini sangat sering terjadi karena berbagai macam faktor seperti kondisi mood saat  mengerjakan tes, atau karena perbedaan norma dalam pemberian skor hasil tes. Akan tetapi, selama nilai dari IQ masih berada dalam satu kategori yang sama seperti “rata-rata” “rata-rata atas” atau “superior” hal ini tidak menjadi masalah. Intelegensi seseorang sebenarnya bukan berupa angka-angka melainkan sebuah kategori. Angka-angka hanya digunakan psikolog untuk mempermudah pemberian kategori terhadap intelegensi seseorang.

Intelegensi seseorang dapat menurun saat sudah memasuki usia tertentu dan mencapai puncaknya saat usia remaja-dewasa awal.